Jumat, 05 November 2010

Konseling adalah Pelayanan


KONSELING ADALAH PELAYANAN

Pelayanan adalah tindakan yang sifat dan arahnya menuju kepada kondisi lebih baik yang membahagiakan bagi pihak yang dilayani. Siapapun juga yang hendak atau bahkan sedang melayani seseorang atau subjek lainnya pastilah berkehendak agar orang atau subjek yang dilayaninya itu mengarah atau menjadi lebih baik/bahagia daripada kondisinya sebelumnya. Dengan kata lain, orang yang sedang dilayani memiliki prospek untuk menjadi lebih baik, lebih bahagia. Bukanlah namanya pelayanan kalau di dalamnya tidak ada arah untuk lebih baik atau lebih membahagiakan bagi yang dilayani.

Konsep Dasar Pelayanan
Konsep tentang pelayanan dapat ditarik dari pemahaman yang sangat mendasar, yaitu bagaimana manusia memperoleh pelayanan yang luar biasa dari Tuhan Yang Maha Esa, dan bagaimana manusia harus melayani diri sendiri dan orang-orang di luar dirinya.
Tuhan Sang Maha Pencipta “melayani” manusia sejak penciptaan manusia itu sendiri, orang perorang. Melalui kenikmatan hubungan suami istri yang sedang melakukan kegiatan saling melayani, Tuhan menciptakan janin di perut seorang ibu. Dengan kondisi pelayanan yang penuh dan luar biasa, janin itu menjadi bayi yang akhirnya terlahir menjadi seorang anak. Melalui pelayanan yang luar biasa pula anak yang baru lahir itu dibesarkan oleh ibu/ayah kandungnya dan orang-orang lain di sekitarnya. Maka berkat pelayanan, si janin menjadi bayi, menjadi anak, dan menjadi individu dewasa. Selanjutnya, individu dewasa itu pada gilirannya harus mampu memberikan pelayanan, yaitu terutama kepada diri sendiri, dan selebihnya kepada orang lain.

Demikianlah asal-muasal pelayanan yang awal datangnya dari Tuhan Yang Maha Pencipta. Tuhan adalah Zat Yang Maha Melayani manusia dan makhluk-makhluk lain yang diciptakannya. Bukankah seluruh ciptaan Tuhan, dari bumi dan air serta kekayaan alam yang ada di sekitar tempat tinggal manusia orang-perorang itu sendiri sampai dengan segenap isi langit dan benda-benda antariksa adalah seluruhnya untuk manusia? Ya, untuk kebahagiaan orang perorang manusia, dan untuk seluruh umat manusia.
Diyakini bahwa Tuhan menciptakan manusia tidak lain adalah agar manusia itu berbahagia dalam hidupnya di dunia dan akhirat. Bukanlah kehendak Tuhan apabila manusia itu menjadi sengsara atau menderita, atau menjdai mangsa atau korban dari sesuatu yang menjadikan manusia itu tidak bahagia, melainkan hal itu semua karena manusia lalai dalam melayani diri sendiri dan melayani sesamanya. Tuhan telah secara tersurat maupun tersirat, lansung maupun tidak langsung memberikan petunjuk dan peringatan, memperlihatkan jalan lurus/benar dan jalan yang bengkok/salah, menegaskan hukum-hukum yang pasti berlaku, mengingatkan tentang bala yang bisa terjadi apabila petunjuk/jalan lurus/hukum-hukum itu dilanggar. Hebatnya lagi, Tuhanpun menyediakan segala segala bentuk kemungkinan pembebasan atas segala perbuatan manusia yang menyimpang dari segenap pelanggaran itu; termasuk di dalamnya pengampunan yang yang dapat menjadikan manusia kembali fitrah sebagaimana sewaktu dilahirkan. Demikianlah pelayanan yang tiada bertepi dari Tuhan Yang Maha Suci dan Terpuji.
Apa artinya melayani diri sendiri dan melayani sesama? Seseorang yang mengikuti, menerapkan dan menepati petunjuk dan peringatan, serta jalan lurus dan hukum-hukum Tuhan tersebut di atas untuk diri sendiri, agar dirinya tetap hidup dan berkembang, agar dirinya memperoleh manfaat dari apa-apa yang ada pada dirinya sendiri dan alam sekitarnya, dan agar dirinya sejahtera serta bahagia tanpa dosa hidup di dunia dan di akhirat, maka dapat dikatakan orang itu melayani diri sendiri dengan sebaik-baiknya. Semua perbuatan yang sesuai dan menjunjung tinggi segenap petunjuk/jalan lurus/hukum yang ditetapkan (terutama yang ditetapkan oleh Tuhan, dan juga yang ditetapkan oleh manusia sepanjang tidak bertentangan dengan ketetapan Tuhan) merupakan perbuatan yang sifat, arah dan tujuannya adalah melayani diri sendiri.
Sifat, arah dan tujuan melayani orang lain atau melayani sesama sejalan dengan melayani diri sendiri dengan sasaran yang berbeda. Melayani diri sendiri sasarannya adalah aku, sedangkan melayani orang lain sasarannya adalah kamu dan dia. Demikianlah, pelayanan sejati, yang idealnya dapat dilakukan oleh setiap orang, adalah ibarat mata uang dengan dua sisinya yang amat berharga, yaitu pelayanan untuk diri sendiri di satu sisi dan pelayanan kepada orang lain di sisi yang satu lagi. Pelayanan untuk diri sendiri dan untuk orang lain oleh manusia itu semuanya sejalan dengan dan berakar dari pelayanan oleh Tuhan kepada seluruh umat manusia.
Ditilik lebih teliti, dalam pelayanan yang digambarkan di atas, di dalamnya ada cinta. Betapa agung, indah dan tanpa batasnyalah cinta Tuhan kepada manusia dan semua makhluk-Nya. Dalam pelayanan itu melekat erat rasa cinta. Bahkan dapat pula diibaratkan bahwa antara pelayanan dan cinta merupakan dua sisi mata uang. Pelayanan tanpa cinta adalah pelayanan yang tandus atau mungkin tidak tulus, atau pelayanan basa-basi; bukan pelayanan sejati atau pelayaan sebenarnya. Demikian juga, cinta tanpa pelayanan adalah cinta hampa atau cinta yang mengada-ada; bukan cinta sejati atau cinta yang timbul dari lubuk hati.
Pelayanan yang ada cinta di dalamnya memerlukan tindakan bukan sekedar angan-angan ataupun omongan belaka; bahkan tindakan dengan kompetensi yang tinggi atau bahkan tindakan profesional. Luar biasa dan tak terbayangkan, betapa maha sempurnanya “keprofesionalan” Tuhan dalam pelayanan penuh cinta kepada manusia dan makhluk-makhluk lainnya, dalam kondisi seperti bencana gempa dahsyat sekalipun. Coba kita bayangkan, dalam kondisi musibah hebat pun pelayanan yang penuh cinta dari Tuhan Seru Sekalian Alam tidak pernah berkurang kepada manusia.

Trilogi Pelayanan
Bagaimanan pelayanan manusia kepada dirinya sendiri dan sesamanya? Manusia sebagai makhluk yang berderajat paling tinggi dan paling sempurna diciptakan oleh Tuhan, dan diarahkan untuk hidup berbahagia di dunia dan di akhirat, sesungguhnyalah diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada diri sendiri dan sesamanya, yaitu pelayanan sejati yang dasar dan akar-akarnya sejalan dengan pelayanan Tuhan Yang Maha Pengasih kepada umatnya. Yaitu pelayanan sejati yang penuh cinta dalam bentuk tindakan dengan kompetensi profesional. Demikianlah hendaknya pelayanan konseling. Trilogi pelayanan berikut secara kental mewarnai seluruh aspek pelayanan konseling.


 







1 komentar: