Jumat, 05 November 2010

Teori Psikoanalitik


1.      SEJARAH HIDUP

Swiss adalah sebuah negara dengan seribu gunung yang puncaknya senantiasa diselimuti salju, dibalut oleh kesunyian lembah-lembah di sekitarnya, dan dihiasi dengan kebeningan biru air danau yang bertebaran mengelilinginya. Kekayaan budaya dan bahasanya juga tercermin dari negera-negara yang mengelilinginya: di utara bersebelahan Jerman, di barat dan selatan bertetangga dengan Perancis dan Italia. Di perbatasan timur laut, di lereng pegunungan Alpen, di pinggiran danau Constance adalah sebuah desa kecil bernama Kesswil. Di sinilah pada 26 Juli 1875, Carl Gustav Jung dilahirkan
Jung muda mulai belajar bahasa Latin dari ayahnya ketika ia berusia 6 tahun. Pada usianya yang masih tergolong dini ini, oleh Emilie Preiswerk. sang ibu, Jung sudah diperkenalkan dengan studi tentang perbandingan berbagai agama melalui komik-komik. Jung menaruh minat yang sangat bersar terhadap gambar-gambar eksotik dewa-dewa dalam agama Hindu.
Semasa di gymnasium (SMU di Indonesia) dan kemudian di Universitas Basel, Jung sebenarnya tertarik dengan bidang arkeologi. Namun karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan, akhirnya pilihan jatuh pada bidang kedokteran. Alasannya adalah bahwa dengan menjadi dokter (kelak), dia masih akan bisa mewujudkan keinginannya memperdalam arkeologi.
Kurikulum di fakultas kedokteran mensyaratkan matakuliah psikiatri, namun Jung tidak tertarik dengan mata kuliah ini sampai kemudian di tingkat akhir Jung membaca tulisan Richard von Krafft-Ebing (Lehrbuch der Psychiatrie) (Teksbook tentang Psikiatri). Jung melihat peluang bahwa psikiatri adalah cara atau jalan untuk menggabungkan minatnya di bidang filsafat dengan komitmennya terhadap natural sciences.
Pada tahun-tahun terakhir sebagai mahasiswa kedokteran, ada dua pengalaman tidak terlupakan bagi Jung, yang membuatnya takjub akan parapsikologi (studi tentang gejala-gejala kehidupan yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah).
Pengalaman pertama terjadi pada suatu hari ketika Jung sedang belajar di rumahnya. Dia mendengar suara yang sangat keras, seperti bunyi pistol yang meletup dari ruang makan yang terletak di sebalah kamarnya. Suara itu ternyata berasal dari sebuah meja yang terbuat dari kayu walnut utuh yang sudah berumur 70 tahun. Meja itu terbelah dari pinggir sampai ke bagian tengahnya. Jung tidak bisa menemukan jawaban mengapa peristiwa itu bisa terjadi.
Pengalaman kedua terjadi dua minggu kemudian. Ketika ia kembali ke rumahnya pada suatu malam, Jung menemukan perabotan rumahnya porak poranda. Ibunya, adik perempuannya, dan juga pembantunya mendengar suara yang sangat keras dari ruang makan namun mereka tidak menemukan sesuatu yang pecah atau jatuh. Jung kemudian memeriksa ruang makan, dan akhirnya dia menemukan sesuatu. Di dalam almari makan, didapatinya pisau roti telah terpotong menjadi 4 bagian yang terpisah. Peristiwa ini begitu mengesankan bagi Jung, hingga kemudian dia menyimpan potongan pisau roti itu sebagai barang bukti.
Perhatian Jung terhadap parapsikologi semakin besar beberapa minggu setelah kejadian pisau roti itu, ketika ia mendapati seorang gadis 15 tahun yang mengalami trance dan memperoleh penglihatan (vision) dan bisa berkomunikasi secara ajaib. Trance, menurut definisi Jung, adalah sesuatu yang spontan. Namun dalam keadaan yang demikian gadis itu bisa berkomunikasi dalam bahasa dan dialek Jerman secara fasih (bukan seperti lazimnya dialek gadis desa di Swiss). Jung mencatat kejadian ini dan kemudian menjadikannya fenomena gadis kecil itu sebagai salah satu bagian penting dari disertasi doktornya. Tulisannya tentang kejadian ini dipublikasikan dengan judul “Zur Psychologie und Pathologie sogennanter occulter Phanomene” (Tentang Psikologi dan Patologi Fenomena yang disebut dengan Okultis).
Jung lulus sebagai dokter di tahun 1900 dan kemudian dia diangkat sebagai dokter pembantu di sebuah rumah sakit terkenal “Burgholzli” di Zurich, dimana Eugene Bleuler adalah dokter kepala di bidang psikiatri di rumah sakit tersebut. Bleuler adalah orang yang memiliki minat yang sama dengan Jung dalam hal parapsikologi. Dua tahun kemudian Jung dipromosikan sebagai dokter senior dan juga diminta untuk mengajar matakuliah psikiatri di Universitas Zurich.
Pada tahun 1902-1903, bersama Pierre Janet (orang pertama yang mencetuskan ide tentang psikiatri dinamis sebagai pengganti psikiatri konvensional atau psikiatri abad XIX) Jung belajar di Paris. Janet memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap Jung. Bahkan beberapa tahun kemudian, Jung menyatakan bahwa dalam hidupnya, dia hanya memiliki dua guru “ Bleuler dan Janet”.
Di RS Burgholzli – sebelum dan sesudah Jung belajar di Paris, Bleuler menaruh perhatian besar terhadap karir Jung. Bleuler membantu Jung dalam penyediaan laboratorium di RS untuk keperluan penelitian parapsikologi. Pada tahun 1904, sekembalinya dari Paris Jung bersama dengan beberapa rekan dokter melakukan eksperimen yang dikenal dengan Tes Asosiasi Kata (Word Association Test = WAT). Dukungan Bleuler lagi-lagi ditunjukkan pada usaha Jung ini, karena kebanyakan psikiatris di Swiss pada waktu itu selalu mengkaitkan penyakit mental atau kejiwaan adalah disebabkan karena faktor organik, fisik. Eksperimen Jung dalam WAT inilah yang kemudian mengantarkannya berkenalan dengan Freud.
Jung menikah dengan Emma Rauschenbach pada tahun 1903. Mereka dikaruniai tiga orang putri dan satu orang putra. Carl dan Emma kemudian membangun keluarga mereka di Kusnacht kota satelit dari Zurich. Mereka menetap di sana sampai akhir hayat mereka.
Di tahun 1948 Jung mendirikan sebuah institut di Zurich untuk meneruskan penelitian-penelitian dan juga sebagai wadah untuk melatih mereka yang berminat untuk menjadi (psiko)analis. Di samping banyak menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam tulisan, Jung juga banyak melalukan perjalanan baik untuk tujuan mengajar namun lebih sering untuk mengumpulkan data atau informasi terutama tentang Mimpi dan hal-hal lain yang berhubungan dengan teorinya. Jung mengunjungi Afrika, India, Inggris dan juga Amerika. Jika tidak melakukan perjalanan, Jung senantiasa menyelenggarakan seminar mingguan baik di Zurich, Jerman dan juga di Inggris. Dalam mendidik, Jung menerapkan pendekatan informal namun dia memegang teguh kebiasaan bahwa para anak didiknya yang berniat untuk menjadi (psiko)analis harus melalui proses analisis individual yang dilakukannya sendiri. Jung dikenal sebagai pribadi dan pendidik yang terbuka terhadap gagasan-gagasan baru sebagaimana tercermin pada apa yang dikatakannya “Terima kasih Tuhan, karena saya adalah Jung bukan seorang pengikut Jung”. Minatnya terhadap kehidupan psikisnya tercermin dalam buku “Memories, Dreams, Reflections” (Ingatan, Mimpi dan Renungan) yang menggambarkan kehidupan seorang ilmuwan yang penuh keteladan diri dan dipengaruhi oleh aspek-aspek teori psikologi yang dikembangkannya.
Menginjak usianya yang ke 70 (tahun 1945) Jung mulai mengurangi kegiatannya sebagai analis atau praktek dan lebih mengkhususkan diri untuk menulis dan mengajar. Jung meninggal di rumahnya di Kusnacht, Swiss pada tanggal 6 Juni 1961 hanya beberapa minggu sebelum ulang tahunnya yang ke 86.

2.      GRAND THEORY

Dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan berbagai macam orang di kehidupan sehari-hari sering sekali kita menilai sifat dan sikap orang-orang tersebut dan kita melakukan pengamatan terhadap kepribadian orang tersebut. Dimana biasanya penilaian dan pengamatan tersebut hanyalah berdasarkan pada sebagian dari tingkah laku dan hasil analisa yang sangat dangkal. Namun, apakah kepribadian itu sendiri?
Kepribadian merupakan sesuatu yang sangat rumit dan kompleks, sehingga tidak mudah dalam mendefinisikannya. Menurut Pervin (2000) :

“Personality represent those characteristic of the person that account for consistent pattern of feeling, thinking and behaving.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan penentu karakteristik dari seseorang yang menentukan bagaimana ia merasa berfikir dan bertingkah laku.
Sedangkan Menurut Allport (dalam Chaplin, 2001), kepribadian adalah organisasi dinamis didalam individu yang terdiri dari system-sistem psikofisik yang menentukan tingkah laku dan pikirannya secara karakteristik. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, membahas kepribadian manusia melalui berbagai macam pendekatan, yang salah satunya adalah pendekatan Psikodinamik.

Dalam pendekatan ini, Carl Gustav Jung menjelaskan kepribadian manusia berdasarkan tujuannya dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh masa lalu dan masa depan manusia. Jung menjelaskan berbagai macam struktur dari Psyche, tipologi kepribadian manusia berdasarkan sikap dan fungsi dominan yang dimiliki oleh manusia itu, mekanisme pergerakan energi psikis dan tahap perkembangan kepribadiannya.

Struktur Psyche Menurut Jung

Menurut Jung, psyche adalah kesatuan yang di dalamnya terdapat semua pikiran, perasaan dan tingkah laku baik yang disadari maupun tidak disadari yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Struktur psyche menurut Jung terdiri dari :
a)      Ego
Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar. Ego bekerja pada tingkat conscious Dari ego lahir perasaan identitas dan kontinyuitas seseorang. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku yang umumnya dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya.

b)      Personal Unconscious
Struktur psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan dengan cara repression atau suppression. Pengalaman-pengalaman yang kesannya lemah juga disimpan kedalam personal unconscious. Penekanan kenangan pahit kedalam personal unconscious dapat dilakukan oleh diri sendiri secara mekanik namun bisa juga karena desakan dari pihak luar yang kuat dan lebih berkuasa. Kompleks adalah kelompok yang terorganisir dari perasaan, pikiran dan ingatan-ingatan yang ada dalam personal unconscious. Setiap kompleks memilki inti yang menarik atau mengumpulkan berbagai pengalaman yang memiliki kesamaan tematik, semakin kuat daya tarik inti semakin besar pula pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Kepribadian dengan kompleks tertentu akan didominasi oleh ide, perasaan dan persepsi yang dikandung oleh kompleks itu.

c)      Collective Unconscious
Merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang yang tidak hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Collective unconscious terdiri dari beberapa Archetype, yang merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran universal yang diturunkan dari generasi ke generasi. Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-gambaran yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan, yang dianut oleh generasi terentu secara hampir menyeluruh dan kemudian ditampilkan berulang-ulang pada beberapa generasi berikutnya. Beberapa archetype yang dominan seakan terpisah dari kumpulan archetype lainnya dan membentuk satu sistem sendiri.
Empat archetype yang penting dalam membentuk kepribadian seseorang adalah :
·         Persona yang merupakan topeng yang dipakai manusia sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta terhadap kebutuhan archetypal sendiri.
·         Anima & Animus merupakan elemen kepribadian yang secara psikologis berpengaruh terhadap sifat bisexual manusia. Anima adalah archetype sifat kewanitaan / feminine pada laki-laki, sedangkan Animus adalah archetype sifat kelelakian / maskulin pada perempuan.
·         Shadow adalah archetype yang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah kebentuk yang lebih tinggi.
·         Self, yang secara bertahap menjadi titik pusat dari kepribadian yang secara psikologis didefinisikan sebagai totalitas psikis individual dimana semua elemen kepribadian terkonstelasi disekitarnya. Self membimbing manusia kearah self-actualization, merupakan tujuan hidup yang terus-menerus diperjuangkan manusia tetapi jarang tercapai.

Tipologi Jung
Menurut teori psikoanalisa dari Jung ada dua aspek penting dalam kepribadian yaitu sikap dan fungsi. Sikap terdiri dari introvert dan ekstrovert, sedangkan fungsi terdiri dari thinking, feeling, sensing dan intuiting.
Dari kedelapan hal ini maka diperoleh tipologi Jung, yaitu :
a.       Introversion-Thinking
Orang dengan sikap yang introvert dan fungsi thinking yang dominan biasanya tidak memiliki emosi dan tidak ramah serta kurang bisa bergaul. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kecenderungan untuk memperhatikan nilai abstrak dibandingkan orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih mengejar dan memperhatikan pemikirannya tanpa memperdulikan apakah ide mereka diterima oleh orang lain atau tidak. Mereka biasanya keras kepala, sombong dan berpendirian. Contoh dari orang dengan kepribadian seperti ini adalah philosophers.
b.      Extraversion-Thinking
Contoh orang dengan sikap extrovert dan fungsi thinking yang dominan adalah ilmuwan dan peneliti. Mereka memiliki kecenderungan untuk muncul seorang diri, dingin dan sombong. Seperti pada tipe pertama, mereka juga me-repress fungsi feeling. Kenyataan yang obyektif merupakan aturan untuk mereka dan mereka menginginkan orang lain juga berpikir hal yang sama.
c.       Introversion-Feeling
Orang dengan introversion-feeling berpengalaman dalam emosi yang kuat, tapi mereka menutupinya. Contoh orang dengan sikap introvert dan fungsi feeling yang dominan adalah seniman dan penulis, dimana mereka mengekspresikan perasaannya hanya dalam bentuk seni. Mereka mungkin menampilkan keselarasan didalam dirinya dan self-efficacy, namun perasaan mereka dapat meledak dengan tiba-tiba.
d.      Extraversion-Feeling
Pada orang dengan sikap extraversion dan fungsi feeling yang dominan perasaan dapat berubah sebanyak situasi yang berubah. Kebanyakan dari mereka adalah aktor. Mereka cenderung untuk emosional dan moody tapi terkadang sikap sosialnya dapat muncul.
e.       Introversion-Sensation
Orang ini cenderung tenggelam dalam sensasi fisik mereka dan untuk mencari hal yang tidak menarik dari dunia sebagai perbandingan. Biasanya mereka adalah orang-orang yang tenang, kalem, self-controlled, tapi mereka juga membosankan dan kurang bisa berkomunikasi.
f.       Extraversion-Sensation
Orang dengan tipe ini biasanya adalah businessman. Mereka biasanya realistik, praktis, dan pekerja keras. Mereka menikmati apa yang dapat mereka indrai dari dunia ini, menikmati cinta dan mencari kegairahan. Mereka mudah dipengaruhi oleh peraturan dan mudah ketagihan pada berbagai hal.
g.      Introversion-Intiuting
Pemimipi, peramal, dan orang aneh biasanya adalah orang dengan sikap introvert dan fungsi intuitif yang dominan. Mereka terisolasi dalam gambaran-gambaran primitif yang artinya tidak selalu mereka ketahui namun selalu muncul dalam pikiran mereka. Mereka memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, tidak praktis namun memiliki intuisi yang sangat tajam dibandingkan orang lain.
h.      Extraversion-Intuiting
Penemu dan pengusaha biasanya memiliki sikap extravert dan fungsi intuitif yang dominan, mereka adalah orang-orang yang selalu mencari sesuatu yang baru. Mereka sangat baik dalam mempromosikan hal-hal yang baru. Namun mereka tidak dapat bertahan pada satu ide, pekerjaan maupun lingkungan karena sesuatu yang baru merupakan tujuan hidup mereka.

Tahap Perkembangan Kepribadian Jung
Tahap perkembangan kepribadian Jung terdiri dari 4 tahap, yaitu childhood, youth dan young adulthood, middle age dan old age. Pada tahap kedua menekankan akan adaptasi terhadap kehidupan social dan ekonomi. Jung memperlihatkan ketertarikannya pada tahap perkembangan kepribadian ketiga yaitu middle age, karena disini terdapat proses yang penting dari puncak dari individuation dan orang mulai merubah kepedulian terhadap materi menjadi kepedulian spiritual.

3.      APLIKASI TEORI PSIKOANALITIK

Aktivitas Energi Psikis, Individuation, dan Transcendent Function
Energi psikis muncul dari pengalaman individual dan merupakan energi untuk berpikir, berkeinginan, memelihara, dan berjuang. Energi psikis mengikuti hukum equivalence dan entropy dari hukum thermodinamika. Dimana jumlah energi tidak akan berubah dan saling berinteraksi agar mencapai keseimbangan. Energi psikis melakukan dua tujuan hidup yaitu mempertahankan diri dan mengembangkan budaya dan aktivitas spiritual dengan melakukan progression, sublimation (energi bergerak maju) , regression dan repression (yang menekan ke ketidak sadaran).
Progression adalah keadaan dimana kesadaran/ ego dapat menyesuaikan diri secara memuaskan baik terhadap tuntutan dunia luar maupun kebutuhan ketidak sadaran, yang menyebabkan perkembangan bergerak maju. Apabila gerak maju ini terganggu oleh suatu rintangan, dan karenanya libido tercegah untuk digunakan secara maju maka libido akan melakukan regresi, yaitu kembali ketahap sebelumnya atau masuk ke ketidak sadaran atau dikenal dengan repression. Sedangkan sublimation adalah transfer energi dari proses yang lebih primitif, instinktif dan rendah diferensiasinya ke proses yang lebih bersifat kultural, spiritual dan tinggi diferensiasinya.
Individuation adalah proses untuk mencapai kepribadian yang integral serta sehat, dimana semua sistem atau aspek kepribadian harus mencapai taraf diferensiasi dan perkembangan yang sepenuh-penuhnya, disebut juga proses pembentukan diri, atau penemuan diri.
Transcendent function adalah kemampuan untuk mempersatukan segala kecenderungan yang saling berlawanan dan mengolahnya menjadi satu kesatuan yang sempurna dan ideal. Tujuan dari fungsi ini adalah menjelmakan manusia sempurna, realisasi serta aktualisasi segala aspek-aspek yang tersembunyi dalam ketidak sadaran. Fungsi inilah yang mendorong manusia mengejar kesempurnaan kepribadian.
Referensi :

Jess Feist, Gregory J. Feist (2008).Theories of Personality (yudi Santoso, Penrj.) yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar
Chaplin, J.P (2001). Kamus Lengkap Psikologi (Kartini Kartono, penrj.). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hall, C. S.&G. Lindzey. (1985). Introduction to Theories Personality. New York: Jhon Willey&Son.
Pervin, L. A.&O.P. John. (2000). Personality: Theory and Research. 8th ed. New York : John Willey&Son.
http://aryaverdiramadhani.blogspot.com/2007/12/vj14xii2007-teori-carl-g-jung.html

1 komentar: